Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Iwan Fals: Makna Satire Kritik Sosial dan Korupsi
Iwan Fals - Ketika berbicara tentang lagu kritik sosial yang paling jujur dan menohok di Indonesia, nama Iwan Fals tak mungkin terlewat. Salah satu karyanya yang paling ikonik adalah “Tikus Tikus Kantor”, yang dirilis pada tahun 1990. Lagu ini bukan sekadar musik, melainkan sebuah potret tajam tentang kelicikan, korupsi, dan permainan kotor yang terjadi di institusi-institusi negara.
Meskipun sudah berusia puluhan tahun, lirik lagu Tikus Tikus Kantor Iwan Fals ini tetap relevan, seolah masalah yang diangkat tak pernah usang dimakan zaman. Lagu ini menggunakan metafora yang cerdas dan jenaka untuk menyampaikan kritik yang sangat serius. Penasaran dengan lirik lengkap dan makna mendalam yang diangkat Iwan Fals? Yuk, kita bedah tuntas lagu “Tikus Tikus Kantor”!
Lirik Lengkap Lagu “Tikus Tikus Kantor” Iwan Fals
Berikut ini adalah lirik lagu yang menjadi "hymne" anti-korupsi dan penindasan di era Orde Baru, namun tetap terasa nyata hingga hari ini:
Kisah usang tikus-tikus kantor
Yang suka berenang di sungai yang kotor
Kisah usang tikus-tikus berdasi
Yang suka ingkar janji lalu sembunyi
Di balik meja teman sekerja
Di dalam lemari dari baja
Kucing datang, cepat ganti muka
Segera menjelma bagai tak tercela
Masa bodoh hilang harga diri
Asal tak terbukti, ah, tentu sikat lagi
Tikus-tikus tak kenal kenyang
Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang, tikus menghilang
Kucing-kucing yang kerjanya molor
Tak ingat tikus kantor datang menteror
Cerdik, licik, tikus bertingkah tengik
Mungkin karena sang kucing pura-pura mendelik
Tikus tahu sang kucing lapar
Kasih roti, jalan pun lancar
Memang sial, sang tikus teramat pintar
Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar
Tikus-tikus tak kenal kenyang
Rakus, rakus, bukan kepalang
Otak tikus memang bukan otak udang
Kucing datang, tikus menghilang
Makna Lirik Tikus Tikus Kantor: Metafora Kritik Sosial
Makna lirik Tikus Tikus Kantor sangat lugas, menggunakan metafora hewan untuk menggambarkan aktor-aktor di panggung birokrasi dan politik. Tikus dalam lagu ini jelas melambangkan para koruptor atau pejabat licik. Tikus-tikus berdasi ini digambarkan sebagai sosok yang rakus, tak pernah kenyang, dan suka ingkar janji.
Tikus ini juga cerdik dan licik, mereka tahu betul bagaimana cara bersembunyi. Frasa “berenang di sungai yang kotor” menyiratkan bahwa mereka nyaman dan betah hidup di lingkungan yang penuh dengan praktik kotor atau ilegal, yang tak lain adalah praktik korupsi.
Kucing dan Fenomena Pura-Pura
Lawan main si tikus dalam lagu ini adalah Kucing. Si Kucing ini sering ditafsirkan sebagai lembaga pengawas, penegak hukum, atau pihak-pihak yang seharusnya memberantas korupsi. Namun, Iwan Fals menggambarkan si Kucing dengan kesan yang tidak berdaya, atau bahkan terlibat.
- Kucing datang, cepat ganti muka: Menjelaskan bahwa si Tikus sangat pandai bersandiwara. Ketika pengawas datang, mereka segera berubah seolah tak bersalah (“Segera menjelma bagai tak tercela”).
- Kucing-kucing yang kerjanya molor: Ini adalah kritik pedas bagi lembaga pengawas yang lalai, tidak sigap, atau bahkan acuh tak acuh terhadap kejahatan korupsi yang terjadi di depan mata.
Otak Tikus dan Suap Terselubung
Lirik “Otak tikus memang bukan otak udang” adalah keyword turunan yang paling kuat. Ini mematahkan anggapan bahwa tikus (koruptor) itu bodoh. Sebaliknya, mereka digambarkan sangat cerdik dan sistematis dalam kejahatannya.
Puncak dari kritik Iwan Fals ada pada lirik yang menggambarkan suap atau kolusi: “Tikus tahu sang kucing lapar, Kasih roti, jalan pun lancar”. Ini menyiratkan bahwa para koruptor menggunakan sebagian hasil curian mereka untuk menyuap pengawas (si Kucing yang lapar), sehingga mereka bisa melenggang bebas. Kritik diakhiri dengan pertanyaan retoris: “Memang sial, sang tikus teramat pintar / Atau mungkin si kucing yang kurang ditatar”, yang kembali menyoroti kelemahan atau keterlibatan di sisi penegak hukum.
Kenapa Lagu “Tikus Tikus Kantor” Iwan Fals Abadi?
Lagu Tikus Tikus Kantor memiliki daya tahan yang luar biasa karena:
- Kritik Universal: Isu korupsi, ingkar janji, dan kolusi adalah masalah yang terus ada di setiap era politik Indonesia. Lagu ini menjadi cerminan abadi dari penyakit sosial tersebut.
- Gaya Bahasa Satire: Penggunaan metafora hewan membuat lagu ini mudah dipahami oleh semua kalangan, namun pesannya tetap menusuk. Satire ini membuat lagu ini aman dipublikasikan tetapi tetap tajam.
- Penjiwaan Iwan Fals: Karisma Iwan Fals sebagai "Suara Rakyat" membuat lagu ini memiliki bobot moral yang tinggi, seringkali dijadikan keyword turunan pencarian yang berkaitan dengan lagu-lagu Iwan Fals yang berisi kritik.
Penutup: Potret Korupsi yang Tak Pernah Berakhir
Lagu Tikus Tikus Kantor bukan hanya nostalgia, melainkan pengingat bahwa kita harus selalu waspada terhadap para tikus-tikus tak kenal kenyang yang terus beraksi. Lagu ini mengajarkan kamu untuk selalu kritis terhadap janji-janji manis para pejabat dan mengawasi peran lembaga-lembaga pengawas. Selama korupsi masih ada, lagu legendaris Iwan Fals ini akan terus menggema di setiap hati rakyat yang mendambakan keadilan.
Tikus-tikus tak kenal kenyang, rakus, rakus, bukan kepalang.
Posting Komentar untuk "Lirik Lagu Tikus Tikus Kantor Iwan Fals: Makna Satire Kritik Sosial dan Korupsi"